Serialdrama Korea bertema keluarga, memiliki cerita yang menarik. Nah spesial memperingati Hari Keluarga Nasional 2022, berikut HerStory rangkum yang melansir dari sindikasi the Asian Parent, yaitu beberapa rekomendasi serial drakor bertema keluarga yang bisa dinikmati bersama dengan keluarga kamu, Beauty. 1. Reply 1988. Bercerita tentang lima orang sahabat yang tinggal di daerah Sangmundong. Sebelumada tragedi besar yang menimpa keluarga kecil ini, si gadis 20 tahun hidup bahagia dengan ayah dan mamah nya. Cerita yang penuh dengan intrik, penuh dengan emosi. Hanya akan menceritakan tentang dirinya, keluarganya, sahabat-sahabatnya, teman-temannya dan semua orang yang dia kenal. Akan banyak kisah sedih, pilu, haru, duka, suka NANTIKITA CERITA TENTANG HARI INI (NKCTHI) jadi salah satu film yang sempat jadi sorotan di tahun 2020 lalu. Menariknya, film ini merupakan adaptasi dari sebuah buku berisi quotes dengan judul yang sama, NKCTHI. Film ini berkisah tentang sebuah keluarga dengan tiga orang anak yang semula terlihat baik-baik saja. Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Puisi keluarga kecil adalah rangkaian kata kata puisi tentang kasih sayang keluarga dan puisi buat keluarga kecilku, menjelaskan cerita puisi kehidupan tentang keluarga cerita lengkap puisi untuk keluarga kecilku yang dipublikasikan berkas puisi, apakah puisi tentang keluarga kecilku bercerita seperti puisi cinta untuk keluarga kecilku atau puisi keluarga kecil bahagia atau puisi doa untuk lebih jelasnya puisi yang bercerita tentang kehidupan keluarga disimak saja puisiya dibawah KecilkuOleh Titis Arkadewi PanuluhDi sini kebersamaan terciptaPenuh cinta dan kasih sayangLautan canda bahagia, juga cucuran air mataDi sini berbagi segenap rasaKeluarga kecilku bertabur kasih, indahnya tiada taraSaling memahamiSelalu berbagiMelengkapi yang belum tergenapkanDi sini aku besar, lahir di tengah kepapaan hartaHanya pelukan hangat ayah bunda, dan limpahan dedoa merekaPelita penyemangat tak ternilai harganyaBekal yang menemani langkahku menapak suratan takdir, kini ataupun nanti Cerita Tentang Keluarga yang Sangat Menginspirasi "Harta yang paling berharga adalah keluarga..." Mungkin penggalan lirik lagu tersebut sudah akrab di telinga Anda. Lirik tersebut adalah soundtrack dari sebuah sinetron berjudul Keluarga Cemara yang menceritakan tentang sebuah keluarga sederhana yang berjuang bersama untuk melewati hidup yang keras. Sama seperti 3 cerita tentang keluarga berikut ini yang mungkin bisa menjadi inspirasi untuk Anda dan keluarga dalam mengatasi berbagai cobaan di kehidupan. Cerita Tentang Keluarga yang Terpisah Jarak dan WaktuSupinah adalah seorang ibu yang tinggal di sebuah desa kecil di Cimahi, Jawa Barat, bersama dengan anak bungsunya, Ariani, yang berusia 8 tahun. Suaminya bekerja merantau di Papua. Sementara anak sulung dan anak keduanya bekerja menjadi TKI di Hong Kong dan Malaysia. Supinah sudah tidak bertemu dengan suami dan kedua anaknya selama 3 tahun terakhir. Ketika suami dan anak-anaknya menyatakan keinginannya untuk pulang, Supinah selalu menjawab, “Tidak usah pulang. Lebih baik uangnya ditabung saja. Kita kan bisa berkomunikasi melalui telepon.” Sebenarnya pedih hati Supinah saat mengatakan hal tersebut. Siapa sih yang tidak rindu dan ingin bertemu dengan suami dan buah hati tercinta? Hari ini adalah ulang tahun Ariani. Supinah sudah sibuk membuat nasi kuning ala kadarnya untuk merayakan ulang tahun si bungsu secara sederhana. Saat sedang menumis masakan di dapur, Supinah memanggil Ariani untuk mengambilkan kecap, “Ani, tolong ambilkan Ibu kecap, Nak.” Tanpa menoleh ke belakang, Supinah menerima kecap yang diberikan oleh Ariani. “Ada lagi yang Ibu butuhkan?” Spontan Supinah menoleh karena itu bukanlah suara Ariani. Itu suara Herman, anak sulungnya yang bekerja di Hong Kong. “Man! Astagfirullah! Benarkah ini kamu, Herman?” Supinah berbalik sambil memegang kedua pipi anaknya. “Iya, Bu. Ini Herman,” jawab Herman sambil memeluk Supinah. Tak lama, seorang wanita muda berparas manis masuk ke dapur sambil menggandeng Ariani, “Assalamualaikum, Ibu. Maaf Devi nggak langsung masuk, habis Ani nggak sabar ingin melihat kadonya, Bu.” “Ya Allah! Herman! Devi! Kalian pulang, Nak,” tangis haru Supinah pecah lantaran rindu yang menggelora di dalam hati kini terobati. Kebahagiaan Supinah semakin lengkap ketika Priyanto, suaminya, datang sore itu. Mereka saling bercengkrama, bertukar cerita satu sama lain, dan menikmati nasi kuning sederhana buatan Supinah. Momen ini adalah kado terindah untuk Ariani dan Supinah. Bagi mereka, kebahagiaan yang sesungguhnya bukanlah datang dari harta atau kekayaan, melainkan dari rasa kebersamaan yang hadir saat seluruh anggota keluarga dapat berkumpul bersama meski dalam kesederhanaan. Cerita Tentang Keluarga Penjual TauwaCerita tentang keluarga penjual tauwa ini berawal dari Pak Timan, seorang pedagang tauwa yang berdagang dengan sepeda dan menjajakan makanan olahan dari susu kedelai ini di pusat keramaian Kota Surabaya. Pak Timan adalah single parent karena istrinya telah lama meninggal. Pak Timan menghidupi dua anaknya, yakni Tiara yang sudah kelas 3 SMA dan Arman yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Saat subuh, Tiara selalu membantu ayahnya memasak tauwa. Bahkan, sebelum salat subuh, Tiara harus bangun untuk membantu ayahnya di dapur. Pernah suatu saat Tiara mengeluh kepada ayahnya, “Sudah belasan tahun ayah berjualan, tapi mengapa ekonomi kita tetap begini-begini terus ya, Yah? Nampaknya, Tuhan tak adil dengan kita.” Pak Timan langsung berhenti mengaduk susu kedelai dan menatap anak sulungnya dengan penuh kasih, “Kamu salah, Nak. Justru Tuhan sangat adil. Kita diberi makan sampai sekarang itu suatu mujizat. Bahkan, dengan penghasilan Ayah yang pas-pasan seperti ini, Ayah bisa menyekolahkanmu dan Arman. Oleh karena itu, belajarlah yang giat dan raihlah prestasi agar kamu mendapat pekerjaan yang lebih baik dari Ayah.” Tiara merenungi perkataan ayahnya. Sedari kecil ia melihat perjuangan ayahnya yang sangat besar untuk menghidupi keluarganya. Sejak saat itu, Tiara pun merasa bahwa Tuhan itu sangat adil, karena Tuhan telah memberinya ayah sehebat ayahnya. Cerita Tentang Keluarga Gadis Penjaga Loket Bioskop​Namaku Tamara. Sebagai lulusan SMA, mendapat pekerjaan sebagai penjaga loket di bioskop ternama memang sangat menyenangkan. Ketika aku sedang tak bertugas di depan pintu bioskop, aku berkesempatan untuk turut menyaksikan film baru yang sedang diputar. Gratis pula. Tapi, saat-saat aku sedang berdiri di ujung studio dan melihat film yang sedang diputar, aku teringat orang tua dan adikku yang belum pernah masuk dan menonton film di dalam bioskop. Dan hari ini aku bermaksud memberi surprise dengan mengajak keluarga nonton film di bioskop. Aku membeli 4 tiket untuk kami sekeluarga. Saat pekerjaanku sudah selesai, keluargaku datang ke tempatku bekerja. Aku bilang ingin mengajak mereka makan di luar dan meminta mereka untuk datang kemari agar kami bisa pergi bersama. Ketika orang tua dan adikku datang, aku langsung menggiring mereka masuk ke studio. Aku bisa melihat raut wajah mereka yang kebingungan, terutama ketika kami sudah menempati kursi di dalam studio. “Ra, kenapa ke sini? Katanya mau makan di luar?” Tanya ayahku. “Kak, ini pertama kali Adi masuk ke gedung bioskop! Adi besok bisa cerita dengan teman-teman,” kata adikku. Aku menatap mereka dengan penuh haru. “Ini kejutan dari Ara, Yah. Akhirnya kita bisa nonton film di layar yang besar dan tempat yang nyaman bersama-sama,” jawabku. Aku menatap raut bahagia di wajah ayah, ibu, dan adikku. Walaupun aku hanya seorang penjaga loket bioskop, itu tak jadi alasan untuk tidak membahagiakan keluargaku, bukan? Cerita tentang keluarga kali ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa hidup dalam kondisi yang kekurangan bukan menjadi halangan dalam membahagiakan orang terkasih. Masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk tetap membahagiakan keluarga walau Anda dan keluarga hidup dalam keadaan yang sederhana. Kenangan masa kecil tak mungkin bisa diingat sebagai hal yang nyata. Tapi bagi orang tua, momen tumbuh kembang kita melekat abadi dalam memori mereka. Saya ingin mengawali tulisan ini dengan pertanyaan, apakah kita bisa melihat udara? Jawabannya adalah tidak, tapi, apakah itu berarti udara tak ada? Tidak juga. Kita semua tahu udara itu ada, karena dari situ kita kemudian bisa bernafas. Ini berarti kita melihat dampak dari keberadaannya yang bisa kita rasakan. Sama halnya dengan ketika kita kecil. Apakah kita mengingat ketika kita berusia 1 tahun? Tentu saja tidak. Yang dapat kita ingat, paling banter, adalah masa balita. Momen berkesan yang samar-samar saja lewat di ingatan. Seperti kabut yang bisa lintas dan hilang pada waktu-waktu tertentu. Tapi apakah berarti kita tak pernah kecil? Kita tak akan berada pada usia kita saat ini tanpa pernah melewati masa 1 tahun pertama dan masa-masa di dalam kandungan. Mengapa kita tak mampu mengingat semua itu? Saya sendiri tidak tahu secara pasti mengapa, tapi kita bisa menalar bahwa di masa-masa itu, indera kita belum berfungsi sempurna, termasuk otak yang merangkum semua ingatan dan mengenali semua rangsangan yang terjadi di sekitar. Hal yang bisa kita lakukan adalah meminjam tangan dari orang lain. Tangan yang lebih panjang untuk meraih hal-hal yang terletak di tempat yang dalam. Kita mendengar banyak cerita tentang diri kita di masih kecil, terlebih pada momen perkumpulan keluarga, karena memang merekalah yang ada di sekitar dan menjadi saksi tumbuh kembang diri kita di masa kecil. Cerita-cerita yang kita dengar itu mirip seperti dongeng, kita tak bisa mengingatnya secara pasti, tapi imajinasi mengantarkan kita menyusun gambaran, atau adegan, yang mirip sekali dengan fiksi. Saya tak pernah ingat bahwa saya lahir dengan berat 2,2 kg, atau Bapak saya menggendong saya dengan alas bantal kecil kemana-mana, atau cerita bahwa ibu saya terjatuh saat mengandung saya. Sama sekali tak ada yang saya ingat. Dari mana saya tahu? Dari Bu Lik, Bu De, Pak De, Mbah, dan para tetangga. Sama halnya ketika saya menyaksikan adik saya lahir dengan tubuh yang merah sekali. Tentu dia tak ingat, tapi saya tahu itu terjadi. Masa-masa yang tak kita ingat itu adalah masa-masa paling genting dan paling lemah dalam hidup. Nabsky mungkin pernah mendengar kenakalan kita semasa batita dari orang-orang terdekat. Ada yang mendengar bahwa semasa kecil, ia sering menangis di tengah malam. Ada yang mendengar bahwa dirinya hanya mau tidur setelah digendong bapaknya. Ada yang mendengar bahwa dirinya pernah menggigit anak tetangga saat berusia setahun. Ada yang mendengar bahwa dirinya pernah terjatuh di kolong tempat tidur. Dan semua yang kita dengar seperti fiksi yang sejujurnya tak pernah kita ingat karena tak terproses di otak saat itu, atau alasan lain. Nabsky mungkin akan tersenyum malu mendengar tingkah-polah kita semasa kecil, mungkin juga merasa geli. Samar-samar, otak kita membayangkan kejadian itu, dan memvisualkan di dalam otak. Dan, hal yang kadang luput dari setiap cerita itu adalah konsekuensinya. Dari kita yang mungkin sering terbangun dan menangis di tengah malam, keluar-masuk rumah sakit, melukai diri sendiri atau orang lain adalah kerepotan yang dialami orangtua. Ada ibu dan ayah yang harus siap bangun di malam hari untuk Kembali menidurkan anak bayinya yang menangis. Ada ibu yang lecet putingnya kala menyusui bayinya yang sedang aktif menggigit akibat tumbuh gigi baru. Ada ibu dan ayah yang panik membawa bayinya ke dokter lepas si bayi mengalami kejang. Ada ibu yang siap menerima omelan tetangga karena bayinya memukul atau menggigit bayi lain tanpa sengaja, atau kala membuat keributan di malam hari, dan lain sebagainya. Cerita masa kecil kita amatlah menggemaskan untuk dikenang. Tapi bersamaan dengan itu, ada perjuangan ibu dan ayah yang membesarkan kita. Rasanya kita tak pernah selesai mengganggu orangtua kita. Mulai dari ketika kita menghuni perut ibu, menyiksanya dengan rasa mual, rasa sakit, rasa harap-gembira, dan kecemasan. Dan menghadapi semua itu, seorang ibu harus tetap menjaga Kesehatan, menjaga pola makan dan pikiran. Apa saja dan berapa saja makanan yang masuk ke diri ibu harus dibagi dua dengan bayi di dalam perutnya, kita. Sampai akhirnya kita lahir membawa kebahagiaan dan harapan bagi orangtua. Sekali lagi, kenangan itu tak mungkin bisa kita ingat sebagai hal yang nyata, tapi bagi orangtua, momen kelahiran dan tumbuh kembang kita melekat dan membekas, karena otak mereka merekam itu dan menyimpannya sebagai memori yang penting. Meletakkannya pada klasifikasi arsip vital dari semua ingatan yang mereka simpan. Tak terlewatkan, tak terhapuskan. Kelak, barangkali kita akan menjadi orangtua, atau beberapa di antara kalian telah menjadi orangtua. Pada masa itu, kita akan tahu mengapa momen itu tak terlupakan. Setelah ini, kalian bisa mengunjungi ibu kalian untuk mendengar Kembali kisah-kisah masa kecil itu. Saya yakin, tak ada yang dilupakan, kecuali jika kemampuan otaknya sudah melemah akan usia. Seorang anak, sepanjang hidupnya tak pernah selesai “mengganggu” orangtua, dan itu sudah takdirnya. Barangkali di antara kalian telah kehilangan ibu atau ayah, atau keduanya, lewat doa kalian bisa terus sambung mereka. Karena konon, dalam salah satu agama dikatakan bahwa amalan yang tak putus adalah doa anak yang soleh. Cerpen Karangan RahmawatiKategori Cerpen Kisah Nyata Lolos moderasi pada 5 February 2018 Pagi ini aku sudah melakukan aktifitas seperti biasanya sebagai seorang ibu, kemudian aku menjemur pakaian dengan hanger. Sesaat seorang laki-laki yang menatapku dengan sinis, ya dia adalah kakakku yang bernama zacki, setelah itu dia memasuki kamarnya, setelah tidak lama terjadi percekcokan dengan istrinya. Aku hanya diam biasa saja tapi hatiku merasakan ada hal yang ganjal dengan mereka, aku sadar pertengkaran itu ada hubungannya denganku, aku di sini tinggal bersama ibuku dan selain ada aku, suami dan anakku di sini di rumah ini juga ada keluarga lain, ya itu kakakku dan anak istrinya, kami di sini hidup bersama. Kebersamaan kami jarang cocok, aku dan istri kakakku sangat berbeda, dia pendiam dan aku orangnya cuek. Awal pertengkaran kami adalah soal pekerjaan rumah, biasalah kami pun sering saling singgung, Ibuku sudah tua dan aku sebagai anak lebih banyak melakukan alktifitas rumah, hal yang sering menjadi masalah adalah dikala saat sibuk beres-beres istri kakakku lebih banyak santai santai, selama ini aku diam, dan jika aku mengeluh kepada ibuku, hanya pembelaan terhadap memantunya di hadapanku. Aku sering bersedih dan menangis di hadapan suamiku “Ayah kapan kita punya rumah sendiri, aku nggak betah tinggal di sini, selama ini aku selalu memgalah” dengan isak tangis di hadapan suami dan anakku. Suamiku adalah orang yang sabar ia hanya memeluk dan mengatakan “sayang sabarlah, bekerjalah dengan ikhlas, belajarlah sabar, itung-itung bantu mak”. anakku berumur 1,5 tahun ia tumbuh menjadi gadis kecil yang lincah dan sangat aktif, ia bernama deva. Kehidupan kami berjalan dengan seiringnya waktu, suamiku adalah seorang penjual kue, walaupun penghasilanya tidak banyak tapi kami bersyukur karena Allah sudah mberi rezeki yang halal. Setiap seminggu dua atau tiga kali suamiku bekerja berjualan kue, dan aku hanya di rumah merawat anak kami, aku merasa tidak betah di rumah dan hanya membuat sedih hati ini saja, karena ibu hanya menyanjung anaknya kakakku, anakku juga sama sama cucunya, aku sadar aku memang tidak banyak uang, suamiku bekerja dengan penghasilan pas pasan, tidak seperti kakakku yang uangnya banyak, yang lebih banyak memberi materi kepada ibuku. Aku memang tidak banyak materi tapi aku selalu ada saat ibu sakit, saat ibu membutuhkan aku, dan aku juga sadar aku hanya anak yang miskin yang tidak bisa memberi apapun kepada ibuku. Tapi bersyukur aku masih bersama anak dan suami yang selalu ada dan sayang kepadaku, suami yang selalu sabar yang selalu memasehatiku untuk jadi orang sabar. Setelah selama 1 tahun kami hidup campur dangan ibu ayah, kakak dan istrinya, banyak hal yang aku pelajari, menjadi orang yang mengalah, hati yang sedih aku belajar menahan kesedihan batinku ini. Setiap keluh kesah hanya aku curahkan kepada suamiku. Tidak seperti istri kakakku yang selalu mengadu ucapan apa yang selama ini sering aku kesalkan terhadap dia, awal pertengkaran yang memicu karena ulah tetangga yang suka mengadu domba, hingga pecahkan amarah kakakku terhadap aku di hadapan suami dan ibu pagi itu. Sungguh hati ini sakit ia memakiku dengan ucapan yang menyakitkan, ibu menagis dan berkata “sudah cukup tidak usah bertengkar, biarlah orang lain bicara apapun tidak usah didengarkan, orang lain hanya akan merusak rumah tangga kita”. Tapi aku memang sudah tidak tahan harus terpaksa tinggal bersama, aku ingin punya rumah sendiri tapi aku tidak punya uang, aku anak bungsu dari enam saudara. Anak yang lainnya sudah menikah dan sudah punya rumah sendiri. Aku dan kakakku yang masih tinggal bersama ibu, kakakku bekerja di sebuah perusahaan tambang. Saat ini aku hanya bisa bersabar semoga aku dan suamiku bisa mendapat pekerjaan dan semoga Allah memberi kami rezeki agar bisa cepat membuat rumah. Aamiin Cerpen Karangan Rahmawati Facebook Nyonya Sobryan Cerpen Keluarga Kecilku merupakan cerita pendek karangan Rahmawati, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Senandung Untuk Ibuku Oleh Ade Zetri Rahman Masih ingatkah kau dongeng tentang Malin Kundang, sang anak durhaka itu? Tentu kau masih ingat bukan, tak mungkin kau tak tahu karena cerita, itu rutin dijadikan dongeng pengantar tidur Berbahagialah! Oleh Fitri Oktavia Annaja Kebahagiaan itu kadang egois, mungkin kita tak akan peduli dengan siapapun yang akan terluka. Yang penting itu kita bahagia dan merasa puas. Tidakkah kita berpikir ada orang lain yang Kemana Antingku Oleh Rita Riyanti Liburan panjang semester genap telah usai, hampir 2 bulan aku bisa menikmati liburan di kampung halaman setelah 1 semester menuntut ilmu di kota pelajar jogja. Kebetulan nilaiku tidak ada Senja di Imajinasiku Oleh M. Naufal Hanif Musyafa Hari sudah mulai malam. “Aku pasti bakal telat karena ekskul ini” gumamku. Tapi aku hanya berjalan santai ke stasiun sambil melihat keadaan kota ini. Jam sudah menunjukkan pukul Mama, Tuhan dan Hidup Oleh Angelica Angie Orang baik yang selalu bersyukur akan menjadi tokoh yang serba kekurangan dan teraniaya, sedangkan orang jahat akan menjadi tokoh dengan kekayaan berlebih namun angkuh, dan enggan memikirkan sesama-nya. Jika “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"

cerita tentang keluarga kecil